ELEGI KETENANGAN HIDUP (II)


Tadi pagi aku terbangun dengan mata yang sayu. Lantas kututup lagi mataku karena ngantukku masih melayang bersama mimpi-mimpi. Wuzzz……semilir angin pagi mencoba mengingatkanku pada sebuah kewajiban untuk tidurku yang lain. Bah cerewet ibuku yang tak bosan-bosannya membangunkan tidur anak malas yang begitu rajin tidur-tiduran dan main kesana-kemari. Tenanglah ibu…aku tidur hanya untuk melepas lelah, tapi mengapa setiap saat aku merasa lelah. Mengertilah ibu…aku main, jalan-jalan kesana-kemari karena aku ingin berjabat tangan dengan mereka…Hingga ibupun tak jarang kelepasan meluapkan senyum jengkelnya pada seorang remaja yang ia anggap masih anak ingusan yang lahir kemarin malam…
Kubuka lagi mataku yang muram oleh cercaan pagi, aku melihat sang angin yang garang menatapku,
Aku:
Hey…angin, ngapa engkau lemparkan raut mukamu yang kucel itu di pagiku yang cerah ini??!!!
Angin:
Mukaku kucel karena mukamu kucel…!, haahhh…PD banget kamu ngomong pagimu cerah..?!
Aku:
Hmmh, mulai pinter ngomong ya kamu sekarang…?!, terserah aku mau ngomong pagiku cerah, pagiku suram, pagiku agak cerah, pagiku agak suram atau pagiku cerah suram atau yang lainnya…Biarkan!!!itu mulut-mulutku sendiri, dan asal kamu tau ngomongku tidak hanya dengan mulut…
Angin:
Lalu dangan apa lagi kau ngomong…??
Aku:
Hati…
Saat mulutku berkata A mungkin hatiku berkata B, saat mulutku berkata B mungkin hatiku berkata A, saat mulutku berkata A mungkin hatiku berkata hampir A, lebih A atau tidak A, saat mulutku berkata B mungkin hatiku berkata hampir B, lebih B atau tidak B,…dst.
Angin:
Hmmh, tenang…gak usah terlalau merasa bersalah kamu masih manusia atau mungkin selamanya kamu manusia…
Aku:
Tenang??!,,,mengapa kamu dapat mengatakan hatiku?
Angin:
Karena aku bukan manusia, aku angin yang lebih halus darimu…
Aku:
Lebih halus dariku???Hmmmh….sombong sekali kau!, mengklaim kamu lebih halus dariku, bukankah kau belum tentu lebih halus dariku, begitu pula sebaliknya..??
Angin:
…..
Aku:
Hehh…!jawabb??! gak usah pakai nangis….
Tenang…gak usah terlalu merasa bersalah kamu masih angin atau mungkin selamanya kamu angin…
Angin:
Ya, aku sadar dalam batas-batas sadarku…
Aku:
Aku juga sadar dalam bata-batas sadarku…
Aku dan Angin:
Maafkan kesombongan kami ya Tuhan…kami ada kar’na-Mu, kami tiada kar’na-Mu…Semua yang ada di bumi akan binasa, hanya wajah-Mu ya Tuhan yang kekal dengan segala kebesaran dan kemuliaan-Mu.
Ya Tuhan…anugerahkan kami ketenangan-Mu, dan bila saatnya…kembalikan kami pada-Mu dengan kepuasan kami atas ridha-Mu, hingga kami menemukan pijakan menuju nirwana-Mu…

Herrrt….Herrrt….Herrttt….., kuangkat hand phoneku yang bergetar-getar di sampingku. Oo…ternyata ibu menelphonku, “hmm…apa ia ngerasa ya?, kalau pas waktu ini ia tak jadikan tokoh dalam elegi”. Seperti biasa tiada bosan-bosannya ia menannyakanku, “wes sholat le..?”, seperti biasa pula aku menjawabnya, “wes”. “Oooo ya wes”, sahutnya dengan nada percaya gak percaya…
Hati:
Meski…aku hanya manusia yang seperti ini adanya. Tenang ibu…kan selalu ku ingat pesan-pesanmu semampu aku mengingat….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERMASALAHAN DAN KEMUNGKINAN SOLUSI DALAM PENGEMBANGAN LPTK

MAKALAH PENGEMBANGAN ETNOMATEMATIKA BERORIENTASI LEARNING TRAJECTORY

KAJIAN PETA FILSAFAT DAN IDEOLOGI PENDIDIKAN