Deskripsionari
Adalah Gang Prenjak
yang merupakan salah satu gang diantara ratusan atau mungkin mencapai ribuan
gang di kota Yogyakarta. Seperti layaknya gang-gang lainnya, gang tersebut
dihuni oleh insan-insan yang setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kebhinekaan, UUD ’45 dan Pancasila jelasnya. Ada kehidupan nyaman, tentram dan
mengalir apa adanya seperti halnya lagu “Don’t
Worry” yang dalam liriknya menggunakan kutipan pesan-pesan Bob Marley
kepada sanak saudaranya yang rumahnya dekat hingga yang jauh. Tak kalah
menariknya lagi, di gang itu terdapat pekerja-pekerja yang mempunyai daya juang
tinggi dalam menghadapi alur kehidupannya, pekerja keras yang selalau berkarya,
kreativ, betah melek dan loyalitas tinggi terhadap sesama manusia maupun hewan
di sekitarnya.
Pakdhe Har beserta
budhe, beliau adalah dua diantara beberapa tokoh sesepuh masyarakat yang
dituakan di gang yang selalu menawarkan pesona flamboyan yang tidak lain adalah
Gang Prenjak. Setiap ada obrolan siang diantara rekan-rekan prenjak atau bahasa
akrab untuk menyebutkan banyak teman yang tinggal di sana maupun sering datang
kesana untuk ngobrol serius, sekedar ngobrol iseng hingga numpang tidur untuk
semalam atau beberapa malam, pakdhe ataupun budhe acap kali ikut ngumpul untuk
meramaikan obrolan, hingga memberi cletukan-cletukan
ringan yang sarat akan pesan-pesan dalam yang terkandung di dalamnya.
Rekan-rekan prenjakpun menanggapi dengan santai, ketawa ringan meski tidak
jarang secara tak sadar mengolah pesan-pesan itu di dalam pikirannya
masing-masing.
Berbadan lumayan tinggi,
kulit kecoklatan, agak ceking juga berambut gimbal, dialah Mas Sinyo. Orang
yang terlihat selalu humoris dalam setiap keadaan. Si Bos adalah juga panggilan akrab buat Mas Sinyo yang kebetulan
juga sebagai owner dan inisiator
pendirian produsen tas yang ada di Gang Prenjak. Ada banyak tas yang
diproduksinya, mulai dari tas sekolah, tas ibu-ibu, tas santai dan masih banyak
lagi yang lainnya. Di Gang Prenjak Mas Sinyo tinggal bersama istrinya, adalah Mbak
Yani dengan anak pertamanya yaitu Dani yang masih menginjak sekolah SD. Mereka
hidup tentram dan bahagia di sana.
Sekarang Mboro, dengan
perawakan tinggi besar juga merupakan penghuni Gang Prenjak itu adalah pemuda asli
Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Pergi ke kota Yogyakarta dengan alasan untuk
bekerja dan mencari penghasilan ini terbilang sudah tak sedikit mengetahui asam
garam dari kota itu. Tak pelak dengan selingan senda gurau ia bercerita tentang
berbagai pengalamannya menjalani hidup dari hal yang lucu hingga yang membuat
yang lain mesti menghela nafas. Seperti halnya Mas Sinyo, Kang Mboro tinggal di
Gang Prenjak juga bersama istrinya yaitu Mbak Lufi dan anak semata wayangnya
Caca yang masih berusia balita.
Adalah Rezki, Riski,
atau Om Ndut panggilan akrabnya. Mahasiswa asal Lampung yang cukup lama di
Yogyakarta karena alasan krasan ini
juga lumayan lama tinggal di Gang Prenjak. Namun alasan yang tak kalah akurat
yaitu dia lama tidak lulus-lulus kuliah, karena skripsi katanya. Dia malah
sempat juga mencicipi pendidikan luar sekolah yaitu pembuatan tas di industri
tas kepunyaan Mas Sinyo dengan tentornya adalah Cak Ipul dan Paijo, yang dulu
juga sempat beberapa waktu tinggal di situ. Itu sebabnya setelah pulang ke
kampung halamannya dia punya niat juga untuk mendirikan industri pembuatan tas.
Kebiasaan pergi berputar-putar kota Jogja tanpa arah adalah kebiasaannya,
hingga dini hari baru pulang dan lansung tidur. Itu mungkin penyebab dia jarang
sekali bisa bangun pagi, tetapi jam 12an siang baru bangun, untuk sekedar cuci
muka, memberi makan burung clepuk,
nonton TV dan tidur lagi. Dari hal itu, rekan-rekan prenjakpun menjadi tambah tahu
mengapa kuliahnya lama tidak lulus.
Wiwid Widagdo, sering
di bilang penerusnya Rezki, tapi semoga tidak menuruni sifat lama kuliahnya. Ia
adalah yang menempati kamar kos Rezki setelah kepergiannya pulang ke kampung
halaman. Selain itu, mahasiswa Instiper Jogja ini juga sekampung halaman dengan
Rezki. Terbilang belum cukup lama di Yogyakarta dibandingkan yang lain, tapi
sosoknya sudah relatif mengetahui berbagai sudut kota itu, dari jalan-jalan
raya, jalan tikus, hingga gang-gang yang belum tentu orang yang dari kecil di
Jogja-pun tau. Lebih lanjut, Wiwid Widagdo juga ternilai memiliki keaktifan
yang relatif tinggi dalam setiap kegiatan-kegiatan di Gang Prenjak, dari
kegiatan yang dilaksanakan pada siang hari, malam hari, hingga dini hari, tapi
tidak pada kegiatan pada pagi hari, karena bangunnya lumayan siang orangnya.
Komentar
Posting Komentar