ETNOMATEMATIKA JAWA
Perhitungan Memilih
Calon Pasangan (ETNOMATEMATIKA JAWA)
Bagi kalangan masyarakat Jawa,
nama pasaran tidaklah asing lagi.
Mereka punya perhitungan sendiri dalam penamaan hari, misalnya:
Senin Pahing, Selasa Pon, Rabu Wage, dll.
Perhitungan hari tersebut sudah ada sejak dahulu kala.
Yang akan kita bahas adalah, tentang fanatisme pada perhitungan Jawa.
Dari nama-nama hari, dapat dihitung nilai-nilai tertentu, yang disebut dengan WETON.
Nah, dari nilai WETON inilah, dapat ditentukan apa-apa saja yang boleh atau tidak, bagaimana kita berbuat, dll. Misalnya mau pergi mencari rejeki, mencari obat, termasuk juga adalah tentang perjodohan.
Mereka punya perhitungan sendiri dalam penamaan hari, misalnya:
Senin Pahing, Selasa Pon, Rabu Wage, dll.
Perhitungan hari tersebut sudah ada sejak dahulu kala.
Yang akan kita bahas adalah, tentang fanatisme pada perhitungan Jawa.
Dari nama-nama hari, dapat dihitung nilai-nilai tertentu, yang disebut dengan WETON.
Nah, dari nilai WETON inilah, dapat ditentukan apa-apa saja yang boleh atau tidak, bagaimana kita berbuat, dll. Misalnya mau pergi mencari rejeki, mencari obat, termasuk juga adalah tentang perjodohan.
Perhitungan dalam memilih calon pasangan tidak lepas
dari 'BOBOT', 'BIBIT' dan 'BEBET'.
Bobot Bibit Bebed merupakan istilah untuk melakukan seleksi awal dalam memilih pasangan yang berkualitas.
Bobot Bibit Bebed merupakan istilah untuk melakukan seleksi awal dalam memilih pasangan yang berkualitas.
BOBOT diartikan dengan berbobot atau bermutu. Dari
kemampuan berpikir, cara mengolah emosi dan prestasi yang dihasilkan, seseorang
akan menunjukan seberapa tinggi kemampuannya serta seberapa besar bobotnya.
BIBIT ‘benih’ keturunan. Di mana ia dilahirkan? Siapa
orang tuanya? Dari lingkungan sosial dan keluarga yang baik-baik, biasanya akan
melahirkan keturunan yang baik pula.
BEBET – "bebedan" adalah istilah Jawa yang
artinya cara berpakaian atau penampilan. Bebed menunjukan cara seseorang
membawa diri, bergaul dan bertingkah laku.
Idealnya, ketiga hal
tersebut di atas baik adanya.
Setelah didapatkan calon pasangan yang bobot, bibit
dan bebednya baik, bahkan mendekati sempurna, ada satu hal esensial yang perlu
dipertimbangkan, sebelum melangkah lebih jauh, yaitu menghitung hari,
pasaran, tanggal, bulan dan tahun kelahiran masing-masing calon pasangan.
Di dalam primbon terdapat perhitungan yang menunjukan apakah kedua calon
pasangan tersebut, jika bersatu membangun rumah tangga akan mengalami kehidupan
yang baik, atau mengalami kehidupan yang tidak baik. Calon pasangan pria dan
calon pasangan wanita, yang masing-masing memiliki bobot, bibit, bebed baik,
belum tentu mereka cocok ketika harus membangun rumah tangga.
Ada istilah: mencari ‘bojo’(suami/istri) itu mudah,
tetapi memilih ‘jodho’(jodoh) itu susah, perlu pertimbangan dan perhitungan
yang cermat.
Karena yang namanya jodoh dalam konteks ini diartikan
dengan, jika pasangan tersebut bersatu akan saling melengkapi kekurangannya,
saling menutupi kelemahannya dan saling menambah kelebihannya. Sehingga
pasangan yang sudah jodoh ketika membangun rumah tangga, masing-masing pasangan
dapat mengembangkan diri dengan maksimal.
Untuk mengetahui apakah calon pasangan tersebut jodohatau
tidak jodoh, ada beberapa macam cara menghitung:
Caranya:
Hari dan Pasaran kelahiran pasangan pria dan wanita masing-masing diangkakan sesuai dengan Tabel A dan Tabel B, kemudian dijumlah.
Hari dan Pasaran kelahiran pasangan pria dan wanita masing-masing diangkakan sesuai dengan Tabel A dan Tabel B, kemudian dijumlah.
Jumlahnya dibagi 10 ( sepuluh). Jika dibagi 10 sisanya
lebih dari tujuh, maka tidak dibagi sepuluh melainkan dibagi 7. Prinsipnya
sisanya tidak boleh lebih dari 7.
Contoh:
Pasangan pria lahir pada Hari Senin, Pasaran Paing. Senin 4 + Paing 9 = 13 (lihat tabel A & B)
Pasangan wanita lahir pada Hari Kamis Pasaran Kliwon Kamis 8 + Kliwon 8 = 16 (lihat tabel A & B)
Kelahiran Pria diangkakan = 13
Kelahiran wanita diangkakan = 16
Jumlah 29
Pasangan pria lahir pada Hari Senin, Pasaran Paing. Senin 4 + Paing 9 = 13 (lihat tabel A & B)
Pasangan wanita lahir pada Hari Kamis Pasaran Kliwon Kamis 8 + Kliwon 8 = 16 (lihat tabel A & B)
Kelahiran Pria diangkakan = 13
Kelahiran wanita diangkakan = 16
Jumlah 29
Pertama kali yang untuk membagi angka 29 adalah
bilangan 10.
29 : 10 = 2, sisanya 9.
29 : 10 = 2, sisanya 9.
Karena sisanya lebih dari 7 maka memakai kemungkinan
yang ke dua, yang untuk membagi tidak 10 tetapi 7.
29 : 7 = 4, sisanya 1.
Angka sisa 1 (satu) tersebut yang menjadi kunci untuk dihitung.
Angka sisa 1, namanya Wasesa Sagara, artinya
besar wibawanya, luas budinya, panjang sabar dan pemaaf. (lihat Tabel C).
Artinya bahwa pasangan tersebut jodoh. Kehidupan rumah tangganya
kelak akan penuh wibawa, disegani karena kebaikan budinya.
Perhatikan
tabel-tabel di bawah ini.
TABEL A
|
TABEL B
|
TABEL C
Sisa
|
Nama
|
Artinya
|
1
|
Wasesa Sagara
|
Besar wibawanya, luas budinya, sabar, pemaaf
|
2
|
Tunggak Semi
|
Rejekinya mudah dan melimpah.
|
3
|
Satriya Wibawa
|
Mendapat keluhuran dan kemuliaan
|
4
|
Sumur Seneba
|
Banyak yang datang berguru
|
5
|
Satriya Wirang
|
Mengalami dukacita dan kewirangan.
|
6
|
Bumi Kapethak
|
Banyak mengalami kesedihan, tetapi tabah dan pekerja
keras
|
7
|
Lebu Katiyup Angin
|
Mengalami duka nestapa, tdk pernahkesampaian yg
dicita-citakan
|
Catatan :
Sisa angka 7 artinya bahwa angka hasil dari penjumlahan habis dibagi 7.
Sisa angka 7 artinya bahwa angka hasil dari penjumlahan habis dibagi 7.
Dilihat dari Tabel C jumlah hari pasaran kelahiran
pasangan yang setelah dibagi 10 atau 7 menyisakan angka 1, 2, 3, dan 4 kategori
Jodho, semuanya baik adanya.
Bagi pasangan yang menyisakan angka 5, 6 atau 7,
digolongkan dalam pasangan yang kurang jodho, karena berpengaruh jelek. Tetapi
jika sudah mantap dengan pasangannya, dapat disyarati agar kejadian buruk tidak
menimpa keluarganya kelak
Angka 5 (Satriya Wirang) :
Syaratnya sebelum pelaksanaan upacara perkawinan salah satu calon pengantin menyembelih ayam.
Syaratnya sebelum pelaksanaan upacara perkawinan salah satu calon pengantin menyembelih ayam.
Angka 6 (Bumi Kapethak) :
Syaratnya sebelum menikah salah satu calon pengantin mendhem Siti atau menamam tanah.
Syaratnya sebelum menikah salah satu calon pengantin mendhem Siti atau menamam tanah.
Angka 7 (Lebu Katiyup Angin) :
Syaratnya sebelum pernikahan berlangsung, salah satu pasangan menghambur-hamburkan tanah.
Syaratnya sebelum pernikahan berlangsung, salah satu pasangan menghambur-hamburkan tanah.
Sumber : Primbon Jawa
Komentar
Posting Komentar